Selasa, 03 September 2019

Perempuan Suci Dambaan Dunia dan Surga

Sumber gambar: http://www.joystudiodesign.com/font/font-bunga-images.html

Mungkin sekilas judul di atas terlalu melampau. Namun, jika ia ditujukan untuk perempuan yang akan menemani perjalanan kita kali ini, saya kira ia sangat tak berlebihan.  Kita akan menelusuri kembali segala memori tentang perempuan dambaan dunia dan surga ini. Sudah pas rasanya kalau saya menyebutnya demikian. Karena, tentu saja kita sama-sama mafhum segala kelebihannya sebagai perempuan. Ia istimewa di mata penduduk bumi sekaligus penduduk langit. Ia perempuan yang kaya, terhormat, dan rupa menawan.
Baiklah mari kita cari tahu siapa perempuan yang saya maksudkan di atas. Ada banyak sahabiyah yang menjadi inspirasi saya, namun di antara yang paling membekas ada sosok Khadijah di urutan pertama. Ya, serba pertama dalam hal kebaikan. Istri pertama Rasulullah, sekaligus perempuan pertama yang mengikrarkan kalimat agung sepanjang zaman. Kalimat yang ditakuti oleh kafir Quraisy kala itu, namun dicintai oleh Allah ﷻ.  
Kenangan penuh hikmah tentang sosoknya menari-nari di ingatan, lalu berhenti pada serpihan kecilnya yang berpendar indah. Layaknya mutiara yang berkilauan. Kenangan itu tepat saat beliau menghembuskan napas terakhir. Kesedihan yang teramat dalam menyelimuti suami tercintanya, Rasulullah ﷺ. Istri yang selalu menjadi yang pertama mendukung beliau, baik dari segi moril maupun materil. Ketika Rasulullah dicemooh, difitnah, hingga dihinakan oleh kafir Quraisy, ada beliau yang menenangkan. Menyejukkan segala yang ada pada dirinya ketika dipandang, sebab terpancar dari akhlaknya. Pikirannya yang cerdas melahirkan banyak ide yang cemerlang untuk kemajuan dakwah. Menyoal harta, tak perlu diragukan seberapa besarnya yang ia keluarkan di jalan Allah ﷻ.  
Belum juga reda kesedihan rasulullah atas kematian pamannya, Abu Thalib. Tidak berselang lama Istrinya pun harus terhenti tarikan napasnya. Dua orang yang selalu ada mendukung langkah Rasulullah ﷺ, di tahun yang sama beliau kehilangan keduanya. Malam masih sangat pekat, penerangan padam, bintang-bintang pun tertutup awan, hanya bulan yang malu-malu menampakkan wajahnya. Mungkin begitulah perumpamaan kesedihan yang dirasakan Rasulullah, bertubi-tubi menghampirinya. Karena dukanya yang terapat pedih itu, hingga orang-orang menyebutnya tahun kesedihan. Bukan hanya Rasulullah ﷺ yang dirundung duka, tapi semua umat Rasulullah ﷺ, tentu saja termasuk yang mengetik dan membaca kisah ini.
Khadijah r.a, Istri yang selalu di sebut-sebut kelebihannya meski telah lama tiada. Segala keteladanan sebagai muslimah ada padanya. Tidak hanya sebagai perempuan,  istri dan ibu, tapi juga sebagai penggerak kemajuan dakwah Islam. Mengenang segala keteladanannya untuk dicontoh rasanya tidak akan cukup hanya dengan ratusan kata ini. Sebab, hidupnya telah dipenuhi segala hal yang patut diteladani. Saya terhenti mengenang kematiannya, sebab tersentak malu pada sosok Khadijah r.a. Pelan-pelan bertanya pada diri, benarkah saya mengidolakan beliau. Lantas segala kebaikannya belum juga memenuhi hari-hari ini. Jangan-jangan ketika meninggal nanti saya hanya menyisakan luka di hati banyak orang tersebab keburukan akhlak saya selama ini.  Mungkin dari lisan yang sulit ditarik lagi panah beracunnya setelah lepas dari busur. Atau mungkin saja sikap ini pernah membuat orang-orang di sekeliling enggan berlama bersama dengan kita. Pun apakah bekal saya telah cukup untuk sampai ke kampung halaman. Rasanya masih belum ada apa-apanya. Adapun beliau, tutur lisan dan sikapnya sungguh membuat iri para bidadari.
Seperti yang sebutkan di atas, lembaran ini tidak cukup untuk menuliskan segala keteladanan tentang sosok Khadijah r.a. Karena itu, semoga di lain waktu kita bisa berbincang lebih lama lagi, entah secara langsung atau melalui lembaran yang lebih tebal dari ini, bernama buku.   


Maros, 4 September 2019

Marwah Thalib

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca