Sabtu, 23 April 2016

Pacaran Tidak yahhhh?

Sumber: Mbah Google

Kali ini saya ingin bicara tentang fenomena pacaran. Sekarang itu cewe-cewe pada takut tidak punya pacar. Katanya, takut dibilang tidak laku. Lah, itu orang atau gorengan di pinggir jalan pakai acara takut tidak laku. Punya pacar dijadikan sebagai pembuktian akan eksistensinya di lingkungannya. Punya pacar menandakan kalau dia punya tampang yang bagus dan juga gaul. Pembuktian yang terlalu mengada-ada.
Kalau benar perempuan itu barang dagangan, dan punya pacar menandakan ia sudah laku. Berarti lelaki yang menjadi pacar kesekian dari seorang wanita, membeli barang yang sudah pernah dibeli dan dinikmati oleh lelaki lain. Belinya di pasar loak lagi. Tapi memang benar sih, sekarang perempuan kayak barang dagangan, dijajakkan dimana-mana. Di Mall-mall, televisi, tempat-tempat hiburan bahkan sudah merambah ke online shop. Saya takutnya nanti kita ke pasar, kita malah dengar dari para penjual bilang “Cari apa pak, silahkan dipilih. Di sini wanitanya cantik-cantik, murah lagi” tidak kebayang saya jadi apa dunia ini, kalau sudah  seperti itu. Tidak begitu saja, bencana alam datang silih berganti.
Sadar atau tidak, dunia ini memang semakin lama semakin rusak. Mulai dari alamnya sampai para penghuninya. Bencana alam di mana-mana akibat ulah tangan manusia. Kasus pembunuhan, korupsi, tawuran, pengguna narkoba dan masih banyak lagi. Termasuk hamil sebelum ijab qabul sudah bukan berita langka. Dulu orang yang hamil di luar nikah kita lihat hanya di sinetron. Sekarang sudah diikuti oleh orang-orang di sekitar kita. Teman, tetangga, sampai keluarga kita sendiri.
Saya pribadi setiap mendengar kabar perzinahan, dada saya langsung sesak. Serasa ingin menangis, tapi tak ada air mata yang jatuh. Kata orang kalau sakit sampai air mata tidak mau keluar, sakitnya tuh dalemmmm bangetttt. Jujur sampai hari ini, saya masih tidak habis pikir dengan orang yang sampai rela menyerahkan kesuciannya pada lelaki yang bukan suaminya. Berkali-kali saya mengotak-atik otak mencari alasan logis, tapi tak juga ketemu. Baiklah, anggaplah memang ada alasan yang membuat mereka melakukan itu. Tapi, apakah alasan untuk tidak melakukan itu tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya?
Satu hal yang membuat saya tidak bisa menahan untuk tidak menyebut mereka bo**h. Mereka menjalin hubungan terlarang, pacaran. Lalu katanya semakin serius. Higgga akhirnya melakukan zina. Terus setelah itu mau tidak mau mereka harus menikah. Duh kurang rugi apa lagi orang seperti ini. Jika mereka tahu bahwa setelah melakukan itu, mereka pun harus bertanggungjawab, kenapa mesti melakukannya. Toh setelah menikah pun mereka bebas melakukannya. Beginilah akibatnya kalau pintu zina (baca: pacaran) sudah dibuka, godaan untuk berzina sulit tertahankan.
Saya orang yang paling merasa tabu mengatakan ini. Tapi sepertinya zaman sekarang jangankan mengatakan, melakukannya saja mereka sudah tidak merasa risih. Hal ini mungkin yang membuat banyak lahir penulis yang mengajak pembacanya berhenti jadi aktivis pacaran. Biasanya mantan aktivis pacaran tahu orang-orang ini. Bagaimana tidak tau, lah orang-orang ini yang membuat mereka memutuskan pacarnya. Benar kan? Eitss maaf, malah menyinggung.
 Walaupun sekarang sudah banyak penggiat anti pacaran. Aktivis pacaran masih saja berkeliaran. Mereka orang yang sangat teguh memegang prinsip. Bahkan menebar racun yang sama di sekelilingnya. Biarpun setiap hari dia membaca tulisan di medsos tentang haramnya pacaran, ditambah banyak ustad yang juga mengingatkan, tetap saja mereka bilang pacaran itu sah. Mereka malah marah kalau dibilang pacaran itu mendekati zina. Padahal kita hanya penyampai dari apa yang disampaikan Rasulullah. Manusia yang ia yakini sebagai utusan Tuhan, Allah SWT.
Sudah banyak bukti orang yang berzina itu diawali dari pacaran, kalau tidak dengan para PSK. Tapi mereka masih saja ngeyel, bilang tidak nagapa-ngapain lah, cuma teman jalan-jalan, belajar bareng, makan bareng, setelah tidur bareng baru mereka sadar sudah ngapa-ngapain. Tidak masalah kalau CTRL+Z berfungsi, sayangnya dalam hidup ini tidak ada formula itu. Satu-satunya harapan kita hanya tombol back space, itupun hak proregatif Allah. Kita hanya bisa bertobat dari kesalahan kita dan berdoa agar Allah menghapus kesalahan itu. Tapi sekali lagi itu hak proregatif Allah saja. Syukur-syukur kalau diampuni. Kalau tidak, ya silahkan nangis. Eh iya, maksud saya perbanyak nangis dalam doa mengingat kesalahan-kesalahan yang lalu agar diampunkan. Mungkin tobat kita masih setengah-setengah. Berjanji tidak pernah mengulanginya lagi, lalu buktikan dengan perbuatan. Untuk menguatkan, ilmu agama itu sangat penting. Satu lagi berkumpul dengan orang salih, terapi itu manjur untuk seluruh bidang maksiat, termasuk pacaran.
Terakhir, kalau pertanyaan saya di judul terbersit di hati. Jangan ragu untuk katakan tidak. Tak perlu malu dibilang tidak laku. Karena kita ini amanah bukan barang dagangan.
Saya rasa sampai di sini dulu, kapan-kapan kita jumpa lagi. Atau datang saja ke rumah maya saya yang lainnya di alamat http://marwah-syiardalamtulisan.blogspot.co.id/. Kalau ada kata yang menyinggung, saya mohon maaf. Yakin singgungan itu bukan sebagai bentuk kebencian, tapi justru kecintaan saya karena Allah. Karena bentuk kasih sayang itu memang tidak hanya satu ekspresi wajah. Kita bisa melihat ekspresi yang berbeda dalam kondisi, waktu dan tempat yang berbeda-beda pula.

Maros, 24 April 2016




0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca