Jumat, 11 Desember 2015

Wanita Pengincar Surga


Ibnu Abbas pernah bertanya pada ‘atha bin Abi Rabah
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
“Ya” jawab ‘Atha
Ia berkata, “wanita berkulit hitam itu. Dia pernah datang kepada Nabi SAW, lalu berkata ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku sering tersingkap (saat penyakitnya kambuh). Karena itu doakanlah aku agar Allah menyembuhkan penyakitku.’ Nabi SAW berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bisa bersabar dan bagimu surga. Jika engkau mau, aku akan berdoa agar Allah menyembuhkan dirimu.’ Wanita itu menjawab. ‘Aku memilih bersabar saja. Namun takkala penyakit ayan menimpaku, auratku sering tersingkap. Karena itu doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’ Lalu Nabi pun mendoakan wanita itu.  
Lihatlah wanita berkulit hitam itu wahai saudariku. Mungkin karena kulitnya ia menjadi nomor kesekian jika dibandingkan wanita berkulit putih, bak batu pualam. Tidak bisa dipungkiri seperti itulah karakter masyarakat kita, termasuk di Arab. Ditambah penyakit yang ia derita. Suatu penyakit yang bisa mengundang aib bagi penderita dan keluarganya, sementara ianya sangat sulit disembuhkan.
Wahai saudariku jika kau dan aku berada diposisi wanita itu, apa yang kira-kira akan kita lakukan. Memohon kesembuhan karena pedihnya menanggung aib? Atau memohon kesembuhan karena sakit yang diderita? Mungkin sebagian dari kita akan memohon hal yang sama, sebagaimana apa yang kita lihat bersama di sekitar kita. Tapi lihatlah wanita itu, dia tak memohon kesembuhan karena aib atau sakit yang dirasakan. Melainkan karena auratnya yang tersingkap takkala penyakitnya kambuh.
Betapa permohonan wanita itu, sejak awal sudah membuat kita kagum. Belum selesai kekaguman kita, kalimat berikutnya lebih menambah kekaguman. Ketika Rasulullah memberikan ia pilihan, bersabar dan hadiahnya surga atau kesembuhan. Tapi wanita itu sungguh mulia, ia lebih memilih bersabar. Hanya satu yang ia minta agar auratnya tidak tersingkap saat penyakitnya kambuh. Lagi-lagi karena auratnya yang ia khawatirkan. Padahal tak ada dosa bagi seseorang yang dalam keadaan tidak sadar auratnya tersingkap. 
Begitulah adanya seseorang yang terbiasa tidak melakukan kemaksiatan. Bahkan ketika tak sadarpun ia tak ingin melakukannya. Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan wanita zaman sekarang. Jangan ditanya bagaimana auratnya ketika tak sadar, sementara saat sadar sesadar-sadarnya pun ia dengan enteng memamerkan auratnya. Mulai dari tempat-tempat kumuh hingga gedung-gedung mewah. Dari panggung dandutan berlevel kampung hingga panggung Miss World. Dari yang setengah-setengah hingga seluruh tubuh. Dari yang gratis hingga berharga ratusan juta. Sungguh nilai yang tak ada apa-apanya jika dibandingkan siksa yang akan ia peroleh kelak.
Wahai saudariku, betapa mulianya diri kita.  Kita dijaga sedemikian rupa dengan aturan-Nya. Maka diperintahkanlah diri kita untuk mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh, agar kita tak diganggu (QS. Al-ahzab:59). Bukan karena ingin mengekang kita dengan pakaian taqwa ini, tapi untuk menjaga kita. Tak sadarkah bahwa Allah yang maha Rahman dan maha Rahim sangat menyayangi kita.
Atau mungkin kabar dari Rasulullah perlu kita renungkan untuk mengusik hati ini. “ Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”. (HR. Muslim no 2128)
Renungkanlah wahai saudariku, bisa jadi kita termasuk dari golongan itu. Betapa ruginya diri ini jika bersusah payah berpakaian mahal, gaul, merek ternama, unlimited tapi dimata Rasulullah kita berpakaian tapi telanjang. Naudzubillah min dzalik semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Karenanya, mari belajar islam cari tau pakaian yang sesuai dengan hukum syara’, lalu istiqamahlah memakainya, hingga kau dan aku pun mendapatkan apa yang didapatkan wanita hitam tadi, surga. Aamiin ya Rabbal alamiin. Wallahu a’lam bishawab.
Sumber gambar: http://e-putriie.blogspot.co.id






0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca