Wanita Pengincar Surga
Ibnu Abbas pernah
bertanya pada ‘atha bin Abi Rabah
“Maukah aku tunjukkan
seorang wanita penghuni surga?”
“Ya” jawab ‘Atha
Ia berkata, “wanita berkulit
hitam itu. Dia pernah datang kepada Nabi SAW, lalu berkata ‘Aku menderita penyakit
ayan (epilepsi) dan auratku sering tersingkap (saat penyakitnya kambuh). Karena
itu doakanlah aku agar Allah menyembuhkan penyakitku.’ Nabi SAW berkata, ‘Jika
engkau mau, engkau bisa bersabar dan bagimu surga. Jika engkau mau, aku akan
berdoa agar Allah menyembuhkan dirimu.’ Wanita itu menjawab. ‘Aku memilih
bersabar saja. Namun takkala penyakit ayan menimpaku, auratku sering tersingkap.
Karena itu doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’ Lalu Nabi pun mendoakan
wanita itu.
Lihatlah wanita berkulit hitam
itu wahai saudariku. Mungkin karena kulitnya ia menjadi nomor kesekian jika
dibandingkan wanita berkulit putih, bak batu pualam. Tidak bisa dipungkiri
seperti itulah karakter masyarakat kita, termasuk di Arab. Ditambah penyakit
yang ia derita. Suatu penyakit yang bisa mengundang aib bagi penderita dan
keluarganya, sementara ianya sangat sulit disembuhkan.
Wahai saudariku jika kau
dan aku berada diposisi wanita itu, apa yang kira-kira akan kita lakukan. Memohon
kesembuhan karena pedihnya menanggung aib? Atau memohon kesembuhan karena sakit
yang diderita? Mungkin sebagian dari kita akan memohon hal yang sama, sebagaimana apa
yang kita lihat bersama di sekitar kita. Tapi lihatlah wanita itu, dia tak
memohon kesembuhan karena aib atau sakit yang dirasakan. Melainkan karena auratnya
yang tersingkap takkala penyakitnya kambuh.
Betapa permohonan wanita
itu, sejak awal sudah membuat kita kagum. Belum selesai kekaguman kita, kalimat
berikutnya lebih menambah kekaguman. Ketika Rasulullah memberikan ia
pilihan, bersabar dan hadiahnya surga atau kesembuhan. Tapi wanita itu sungguh
mulia, ia lebih memilih bersabar. Hanya satu yang ia minta agar auratnya tidak
tersingkap saat penyakitnya kambuh. Lagi-lagi karena auratnya yang ia
khawatirkan. Padahal tak ada dosa bagi seseorang yang dalam keadaan tidak sadar
auratnya tersingkap.
Begitulah adanya
seseorang yang terbiasa tidak melakukan kemaksiatan. Bahkan ketika tak sadarpun
ia tak ingin melakukannya. Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan wanita zaman
sekarang. Jangan ditanya bagaimana auratnya ketika tak sadar, sementara saat
sadar sesadar-sadarnya pun ia dengan enteng memamerkan auratnya. Mulai dari
tempat-tempat kumuh hingga gedung-gedung mewah. Dari panggung dandutan berlevel
kampung hingga panggung Miss World. Dari
yang setengah-setengah hingga seluruh tubuh.
Dari yang gratis hingga berharga ratusan juta. Sungguh nilai yang tak ada
apa-apanya jika dibandingkan siksa yang akan ia peroleh kelak.
Wahai saudariku, betapa
mulianya diri kita. Kita dijaga sedemikian
rupa dengan aturan-Nya. Maka diperintahkanlah diri kita untuk mengulurkan jilbab
ke seluruh tubuh, agar kita tak diganggu (QS. Al-ahzab:59). Bukan karena ingin
mengekang kita dengan pakaian taqwa ini, tapi untuk menjaga kita. Tak sadarkah bahwa
Allah yang maha Rahman dan maha Rahim sangat menyayangi kita.
Atau mungkin kabar dari
Rasulullah perlu kita renungkan untuk mengusik hati ini. “ Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat.
Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun
baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”. (HR. Muslim no 2128)
Renungkanlah wahai
saudariku, bisa jadi kita termasuk dari golongan itu. Betapa ruginya diri ini
jika bersusah payah berpakaian mahal, gaul, merek ternama, unlimited tapi dimata Rasulullah kita berpakaian tapi telanjang. Naudzubillah min dzalik semoga kita
tidak termasuk di dalamnya. Karenanya, mari belajar islam cari tau pakaian yang
sesuai dengan hukum syara’, lalu istiqamahlah memakainya, hingga kau dan aku
pun mendapatkan apa yang didapatkan wanita hitam tadi, surga. Aamiin ya Rabbal alamiin. Wallahu a’lam
bishawab.
Sumber gambar: http://e-putriie.blogspot.co.id |
0 komentar:
Posting Komentar