Senin, 13 Juni 2016

Media Tipu-Tipu?

sumber gambar: Google.com
Maros, 11 April 2016
Untuk saudara/ri-ku yang terpanggil hatinya menjadi bagian dari corong informasi

Assalamu’alaikum

Saudariku yang kucinta karena Allah, saya menulis surat ini untuk menanyakan banyak hal, tentang kegundahanku. Semoga berkenan untuk dijawab. Saya sering membaca dan mendengar hasil analisa yang mengatakan bahwa media berita yang yang ada saat ini banyak yang tidak jujur, terutama media sekuler. Berita-berita yang disajikan syarat akan kepentingan orang-orang penting. Mulai dari pengusaha, pemerintah, antek-antek asing dan aseng. Benarkah apa yang saya dengar itu? Kalian orang dalam, tentu kalian lebih tahu apakah anggapan itu benar atau keliru.
Misalnya, berita yang mengangkat tentang isu terorisme. Saya tahu bahwa terorisme adalah ancaman bagi Negeri ini. Sayapun mengutuk tindakan pembunuhan yang tidak dibenarkan oleh syariah. Dan, jelas di dalam Islam penghilangan nyawa tanpa alasan yang benar adalah tindakan yang salah. Tapi, haruskah yang dipojokkan islam hanya karena ulah beberapa oknum tersebut. Kenapa di setiap penangkapan, yang ditonjolkan adalah symbol-simbol islamnya? Seperti tulisan La ilaha Illallah di pintu ‘terduga teroris’ yang di zoom. Seakan-akan kalian ingin menyampaikan bahwa itu adalah kalimat terorisme. Padahal jelas itu adalah kalimat tauhid. Kalimat yang sangat sakral bagi umat Islam, mungkin juga termasuk sakral bagimu saudariku.
Lalu, jika setiap penangkapan teroris kalian meliputnya, kenapa saat ada kasus salah tangkap saya tidak pernah melihat beritanya di TV maupun media cetak. Kurang menarik apa lagi berita itu sehingga tidak diangkat? Padahal di media sosial polisi, ORMAS dan keluarga korban sudah saling serang kata-kata. Atau mungkin hanya saya yang tidak melihatnya? Ah tidak, saya sering mendengar keluhan yang sama dari orang lain.
Ditambah lagi, saya sering mendengar banyak kejanggalan yang ditemukan disetiap pengusutan kasus terorisme. Salah satu yang paling vocal mengatakan hal itu adalah Harits Abu Ulya, pengamat kontra terorisme dan direktur CIIA1. Media sosial pun sering dihebohkan dengan indikasi kejanggalan dari kasus terorisme. Terakhir, bom Sarinah beberapa waktu yang lalu tersebar foto-foto yang menjelaskan kejanggalan itu2. Melihat foto tersebut, sulit rasanya untuk tidak percaya.
Selain itu, Harits Abu Ulya juga mengungkapkan bahwa cara yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dalam memberantas terorisme malah semakin melanggengkan aksi terorisme3. Saya malah bertanya-tanya, apakah terorisme memang sengaja tetap ditumbuh suburkan? Jika ia tetap ada siapa yang diuntungkan? Para pembenci islam, pemerintah sebagai pengalihan isu dari setiap kebobrokannya atau mungkin media sebagai alat pencairan dana kepentingan atau bahkan semuanya? Ah, maafkan saya yang tidak bisa membendung pertanyaan itu muncul di benak saya.
"Media dapat menjadikan hitam menjadi putih, siang menjadi malam, pahlawan menjadi penjahat, penjahat jadi pahlawan" Dr Zakir naik4
Jika sudah begini, apakah salah jika kepercayaan kami pada media, terutama media sekuler kini tersisa sangat sedikit. Sangat sering kami dibuat kecewa dengan berita-berita yang tidak fair. Sebelum kepercayaan itu betul-betul habis kami memohon kepada kalian, sekali lagi saudariku yang kucinta karena Allah. Tolong berhentilah menyajikan berita hasil pemelintiran, penghilangan atau bahkan penipuan. Kemana etika-etika jurnalistik yang kalian dengung-dengungkan di setiap diklat jurnalistik? di mana  teori-teori yang diajarkan oleh barat itu kalian operasikan? Dan jauh lebih penting, ke mana rasa takut kalian kepada Sang Khaliq?
Belum juga saya berhasil membangun kepercayaan kembali kepadamu saudariku, lagi-lagi saya menemukan artikel yang sungguh mencengangkan. Pengakuan dari salah seorang yang mengaku sebagai wartawati ex-koran nasional tentang kebobrokan media di Indonesia5. Juga pengakuan mantan wartawan dan penulis editorial Media Indonesia tentang pengangkatan berita yang selalu menyudutkan agama islam6. Membaca keduanya, membuat saya semakin percaya bahwa banyak media yang tidak jujur. Saya tidak berani menyebut semua media, karena saya yakin bahwa masih ada media yang jujur. Masih ada wartawan yang idealis. Masih ada wartawan yang tidak tergiur oleh dana pelicin. Semoga kalianlah wartawan jujur itu. Semoga kalianlah para jurnalis yang benar-benar patuh pada etika jurnalistik.
Satu hal yang selalu saya pegang. Sebuah motivasi yang tiada tara. Kepastian yang pasti dari zat yang Maha Pasti.
Mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembuat makar.” [Ali Imran : 54]
Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir itu) merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun merencanakan tipu daya pula, dengan sebenar-benarnya." [Ath-Thariq : 15-16]

"Dan sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada perbuatan fujur dan perbuatan fujur mengantarkan kepada neraka" (HR Al-Bukhari dan Muslim)


6http://www.eramuslim.com/berita/nasional/konspirasi-metro-tv-kicauan-mantan-wartawan-penulis-editorial-media-indonesia.htm

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca