Selasa, 11 Oktober 2016

Mengazzamkan Ahad


Hari itu, matahari di kota yang digelari Ummul Qura tepat sejajar di atas kepala. Ramai penduduk Mekkah menyaksikan ‘pertunjukan’ yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Pertarungan antara majikan dan budaknya. Keimanan kepada Latta dan Uzza melawan keimanan kepada Allah SWT.
Para pemuka kaum kafir Quraisy ingin menunjukkan bagaimana kekuatannya. Para  budak yang berani meninggalkan agama nenek moyangnya siap-siap menanggung siksaan dari mereka. Namun gertakan itu tidak membuat gentar sesorang yang sudah menancap iman islam di dadanya. Setiap kali cambukan ia balas dengan kata ahad. Satu kata yang dalam makna. Satu kata yang ianya sudah bisa mengisyaratkan keteguhan empunya. Dialah Bilal bin Rabbah.
sumber gambar: http://biografi-tokoh-islam.blogspot.co.id
*
Sebelum dimerdekakan, bilal adalah budak dari Umayyah bin Khalaf. Ia jalani hari-harinya dengan mengabdi pada tuannya. Ia menerima perlakuan majikannya yang sering kali melontarkan kata-kata merendahkan. Sebagaimana umumnya budak diperlakukan waktu itu. Bilal tak pernah menolak setiap perintah tuannya. Termasuk saat diminta adu kekuatan dengan Habsy, teman budaknya yang juga berkulit hitam dengan postur tubuh yang lebih kuat. Ia bersedia dijadikan bahan taruhan orang-orang Qurasy, seperti sedang menonton pertunjukkan adu ayam jantan.
Habsy selalu menggerutu karena statusnya sebagai budak, sehingga diperlakukan semena-mena oleh tuannya. Tetapi bilal memilih tetap bersabar. Tak pernah keluhan keluar dari mulutnya. Setiap penghinaan, ia terima dengan wajah tertunduk.
Namun ketundukan itu tak terlihat saat sang majikan memintanya meninggalkan agama yang dibawa Muhammad. Agama yang telah mengangkat martabatnya yang selama ini dijatuhkan oleh kaum Quraisy. Budak adalah posisi paling rendah di mata kaum kafir Quraisy, tapi tidak di mata islam. Bilal dipandang sama mulianya dengan sahabat lainnya.
Bilal termasuk dari orang-orang yang pertama memeluk islam, hanya beberapa orang dari sahabat Rasululullah yang mendahuluinya. Meskipun berlatar belakang budak, tidak membuat ia kehilangan kekuatan untuk mempertahankan imannya. Bahkan karena statusnya, dia termasuk yang menerima siksaan paling pedih dari kafir Qurasiy.
Sahabat lainnya seperti Abu Bakar masih memiliki keluarga dari suku terpandang yang membela mereka, sementara orang seperti Bilal tidak. Sahabat seperti Bilal, Sumayyah dan lainnya dari kalangan budak serta hamba sahaya tidak memilki siapapun yang bisa membelanya, sehingga majikannya bisa melakukan apa saja kepadanya tanpa belas kasihan.
Berbagai macam siksaan dirasakan bilal. Dipukul dan dicambuk cuma siksaan yamg paling ringan. Hingga tiba saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun, bilal harus merasakan kekejaman yang lebih pedih dari Umayyah bin Khalaf, majikannya. Ia dipakaikan baju besi di saat panas matahari sangat terik. Lalu mereka dicambuk sambil dipaksa mencaci maki Muhammad. Tapi Bilal hanya mengeluarkan kata ahad.
Melihat keteguhan bilal menahan siksaan, tidak membuat Umayyah menyerah. Ditindihnya Bilal dengan batu besar di tengah sinar matahari yang sangat menyengat. Tapi bilal lagi-lagi hanya membalasnya dengan kata ahad…ahad. Mereka memaksa bilal memuji Latta wa Uzza, tapi Bilal terus memuji Allah dengan kata Ahad. Kaum kafir Qurasy paham betul makna dari kata yang diucapkan bilal, pujian untuk Allah yang Esa. Mereka bukan tidak mempercayai Allah tapi mereka tidak menjadikan Allah sebagai sesembahan satu-satunya. Mereka mengimani Allah sebagai tuhan, tapi mereka pun memyembah Latta dan Uzzah. Karena itulah mereka disebut kaum musyrikin.
Bilal, pemuda dengan kasta terendah di mata kaum musyrikin tapi terpuji di mata Allah, Rasulullah, sahabat dan kaum muslimin. Bahkan Rasululpun telah mendengar terompah Bilal di Surga. Ah, kabar gembira yang sangat melegakan. Sebagaimana kabar gembira serupa juga dialamatkan pada sahabat lainnya. Namun, tidak membuat mereka berhenti beribadah, justru kabar itu semakin memompa semangat mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca