Jumat, 24 Februari 2017

Pemuda Pilihan 1453


Setiap ke kamar, Ihsan selalu cari buku Muhammad al-Fatih 1453. Hanya buku itu yang menarik perhatiannya. Padahal ada banyak pilihan buku di sana. Karena sudah terbiasa, setiap ia memandangi satu persatu deretan buku di meja belajar seperti mencari sesuatu, langsung saja buku itu yang kuambilkan. Diapun tersenyum, persis saat orang dewasa mendapat buku yang ia cari di perpustakaan atau toko buku. Setelah itu dia langsung mencari posisi paling nyaman untuk ‘membaca’ buku favoritnya itu. Kadang tiduran sambil meletakkan salah satu kakinya di lutut kaki satunya, kadang duduk menyender atau duduk sambil meletakkan buku di atas bantal. Sayapun senyam-senyum gemes melihat tingkahnya. Apalagi saat ia memperlihatkan isi bukunya ke saya sambil kegirangan ala anak kecil.
Karena ihsan, saya selalu mengenang kisah heroik Muhammad al-Fatih.  Seorang pemuda 21 tahun penakluk konstantinopel. Bukan hanya tangguh, pemberani dan cerdas tapi juga bertaqwa. Seorang pemuda yang memang layak memimpin perang sekelas pembebasan konstantinopel, bahkan lebih dari itu.
Jika di masa Rasulullah ada Khalid bin Walid ra si pedang Allah, maka di abad empat belas kita mengenal Muhammad al-Fatih sang penakluk benteng konstantinopel. Lalu, besok-besok pemuda tangguh akan kembali kita dengar sebagai penakluk Roma, kota yang dikabarkan oleh Rasulullah akan ditaklukkan oleh kaum muslim. Dan kami percaya itu, karena bisyarah Rasulullah tidak akan pernah jadi kabar hoax.
Kita sudah sering membaca ataupun mendengar kisah-kisah heroik Muhammad al-Fatih dan tentaranya. Dan, saya tidak pernah bosan untuk mengulang-ulangnya. Bagaimana taktik perangnya, cara dia melewati setiap penghalang, cara dia menggelorakan semangat pasukannya serta keberaniannya dan optimismenya menghadapi musuh.
Mungkin banyak orang yang tahu bahwa Muhammad al-Fatih adalah panglima perang yang sangat tangguh. Tapi mereka tidak tahu seberapa tinggi kualitas dan kuantitas ibadahnya, hingga pertolongan Allah ia raih dengan kemenangan yang sangat gemilang. Disaat panglima perang memilih tentaranya berdasarkan kekuatan dan kehlian perang, Muhammad al-Fatih tampil beda dengan tidak hanya memilih berdasarkan keahlian perangnya tapi juga kedekatannya pada Rabb.
Dikisahkan bahwa seluruh tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh, dan separuhnya tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud sejak baligh, sementara panglimanya lebih menakjubkan lagi karena tidak pernah meninggalkan shalat wajib, tahajjud dan rawatib sejak balig hingga meninggal.  Maka wajar jika pertolongan Allah atas pembuktian Bisyarah Rasulullah diberikan kepada pemuda dengan kualitas seperti ini.
Bertolak belakang dengan kebanyakan pemuda-pemudi hari ini yang disibukkan dengan aktivitas yang jauh dari bermanfaat. Jangankan memimpin perang besar, belajar di sekolah saja mereka ogah-ogahan. Waktu mereka digunakan untuk nongkrong tidak jelas. Pembicaraan dan aktivitas merekapun hanya seputar games terbaru, gadget, sepatu branded, cewe kece, video tak bermoral bahkan sampai obat terlarang. Lalu prestasi apa yang diharapakan dari pemuda seperti ini. Aktor film, penyanyi, pembalap atau apa?
Melihat kondisi ini, tidak ada salahnya kita kembali muhasabah diri-diri kita, masyarakat bahkan Negara. Kenapa hari ini kita tidak menemukan pemuda seberkualitas Muhammad al-Fatih. Sudahkah kita mendidik diri kita untuk peduli pada nasib ummat bukan hanya berkutat pada permasalahan pribadi kita, sudahkah kita menjalankan peran-peran kita dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya peran kita sebagai individu, tapi juga sebagai anggota masyarakat atau bahkan yang berperan sebagai pemerintah. Sudahkah kita menjalankan peran itu sesuai aturan Sang maha pengatur yaitu Allah SWT atau mungkin kita malah lebih mengagungkan aturan buatan manusia. Sudahkah kita memperbaiki kedekatan kita pada Allah. Sudahkah kita memperbaiki ibadah-ibadah kita. Sudahkah kita…? rasa-rasanya masih banyak sudahkah-sudahkah lain yang menuntut jawaban.
Lalu apa yang harus kita lakukan. Melakukan gencatan senjata untuk mengusir para penjajah berdasi itu. Tidak, kita tidak harus memimpin peran fisik hari ini, itu belum saatnya. Cukuplah kita ikut ambil bagian pada perang pemikiran. Bukankah perang pemikiran hari ini sudah sangat mencekam. Fitnah terhadap kaum muslim tidak berhenti berdatangan. Kaum muslim diadu domba dengan begitu halus. Lalu sebagian besar pemudanya disibukkan dengan 3 F yaitu fan, food dan fashion. Untuk apa itu dilakukan? Tak lain agar pemuda-pemuda kita tidak menyadari bahwa kita sedang berada pada perang yang sangat sengit.
Kita dibuat terbuai hingga tertidur pulas. Tidur yang sangat panjang. Tapi syukurlah, hari ini semakin banyak dari kita yang terbangun akibat kegaduhan yang dibuat sendiri oleh musuh. Semoga kita tidak terlena kembali oleh lagu nina bobo yang terus didendangkan oleh mereka. Mari kita paksa diri ini benar-benar bangun, sadar sesadar-sadarnya. Lalu menyambut perang di depan mata kita. Tapi, jangan lupa baca doa setelah bangun tidur agar bangunnya kita berkah ^_^ sehingga kita tetap tenang, tidak grasak-grusuk dalam menghadapi mereka. Dengan begitu, insyaAllah kita peroleh kemenangan indah dalam ridha-Nya.
Maros, Jumat 24 Februari 2017




0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca