Pemuda Pilihan 1453
Setiap ke kamar, Ihsan selalu
cari buku Muhammad al-Fatih 1453. Hanya buku itu yang menarik perhatiannya. Padahal
ada banyak pilihan buku di sana. Karena sudah terbiasa, setiap ia memandangi
satu persatu deretan buku di meja belajar seperti mencari sesuatu, langsung
saja buku itu yang kuambilkan. Diapun tersenyum, persis saat orang dewasa
mendapat buku yang ia cari di perpustakaan atau toko buku. Setelah itu dia
langsung mencari posisi paling nyaman untuk ‘membaca’ buku favoritnya itu. Kadang
tiduran sambil meletakkan salah satu kakinya di lutut kaki satunya, kadang
duduk menyender atau duduk sambil meletakkan buku di atas bantal. Sayapun
senyam-senyum gemes melihat tingkahnya. Apalagi saat ia memperlihatkan isi
bukunya ke saya sambil kegirangan ala anak kecil.
Karena ihsan, saya selalu mengenang kisah heroik Muhammad al-Fatih. Seorang pemuda 21 tahun penakluk konstantinopel. Bukan hanya tangguh, pemberani dan cerdas tapi juga bertaqwa. Seorang pemuda yang memang layak memimpin perang sekelas pembebasan konstantinopel, bahkan lebih dari itu.
Karena ihsan, saya selalu mengenang kisah heroik Muhammad al-Fatih. Seorang pemuda 21 tahun penakluk konstantinopel. Bukan hanya tangguh, pemberani dan cerdas tapi juga bertaqwa. Seorang pemuda yang memang layak memimpin perang sekelas pembebasan konstantinopel, bahkan lebih dari itu.
Jika di masa Rasulullah
ada Khalid bin Walid ra si pedang Allah, maka di abad empat belas kita mengenal
Muhammad al-Fatih sang penakluk benteng konstantinopel. Lalu, besok-besok
pemuda tangguh akan kembali kita dengar sebagai penakluk Roma, kota yang
dikabarkan oleh Rasulullah akan ditaklukkan oleh kaum muslim. Dan kami percaya
itu, karena bisyarah Rasulullah tidak akan pernah jadi kabar hoax.
Kita sudah sering membaca
ataupun mendengar kisah-kisah heroik Muhammad al-Fatih dan tentaranya. Dan,
saya tidak pernah bosan untuk mengulang-ulangnya. Bagaimana taktik perangnya, cara
dia melewati setiap penghalang, cara dia menggelorakan semangat pasukannya
serta keberaniannya dan optimismenya menghadapi musuh.
Mungkin banyak orang yang
tahu bahwa Muhammad al-Fatih adalah panglima perang yang sangat tangguh. Tapi
mereka tidak tahu seberapa tinggi kualitas dan kuantitas ibadahnya, hingga pertolongan
Allah ia raih dengan kemenangan yang sangat gemilang. Disaat panglima perang
memilih tentaranya berdasarkan kekuatan dan kehlian perang, Muhammad al-Fatih
tampil beda dengan tidak hanya memilih berdasarkan keahlian perangnya tapi juga
kedekatannya pada Rabb.
Dikisahkan bahwa seluruh
tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh, dan separuhnya
tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud sejak baligh, sementara panglimanya
lebih menakjubkan lagi karena tidak pernah meninggalkan shalat wajib, tahajjud
dan rawatib sejak balig hingga meninggal. Maka wajar jika pertolongan Allah atas
pembuktian Bisyarah Rasulullah diberikan kepada pemuda dengan kualitas seperti
ini.
Bertolak belakang dengan
kebanyakan pemuda-pemudi hari ini yang disibukkan dengan aktivitas yang jauh
dari bermanfaat. Jangankan memimpin perang besar, belajar di sekolah saja
mereka ogah-ogahan. Waktu mereka digunakan untuk nongkrong tidak jelas.
Pembicaraan dan aktivitas merekapun hanya seputar games terbaru, gadget, sepatu
branded, cewe kece, video tak
bermoral bahkan sampai obat terlarang. Lalu prestasi apa yang diharapakan dari
pemuda seperti ini. Aktor film, penyanyi, pembalap atau apa?
Melihat kondisi ini,
tidak ada salahnya kita kembali muhasabah diri-diri kita, masyarakat bahkan
Negara. Kenapa hari ini kita tidak menemukan pemuda seberkualitas Muhammad
al-Fatih. Sudahkah kita mendidik diri kita untuk peduli pada nasib ummat bukan hanya
berkutat pada permasalahan pribadi kita, sudahkah kita menjalankan peran-peran
kita dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya peran kita sebagai individu, tapi juga
sebagai anggota masyarakat atau bahkan yang berperan sebagai pemerintah.
Sudahkah kita menjalankan peran itu sesuai aturan Sang maha pengatur yaitu
Allah SWT atau mungkin kita malah lebih mengagungkan aturan buatan manusia.
Sudahkah kita memperbaiki kedekatan kita pada Allah. Sudahkah kita memperbaiki
ibadah-ibadah kita. Sudahkah kita…? rasa-rasanya masih banyak sudahkah-sudahkah
lain yang menuntut jawaban.
Lalu apa yang harus kita
lakukan. Melakukan gencatan senjata untuk mengusir para penjajah berdasi itu. Tidak,
kita tidak harus memimpin peran fisik hari ini, itu belum saatnya. Cukuplah
kita ikut ambil bagian pada perang pemikiran. Bukankah perang pemikiran hari
ini sudah sangat mencekam. Fitnah terhadap kaum muslim tidak berhenti berdatangan.
Kaum muslim diadu domba dengan begitu halus. Lalu sebagian besar pemudanya
disibukkan dengan 3 F yaitu fan, food dan fashion. Untuk apa itu dilakukan? Tak
lain agar pemuda-pemuda kita tidak menyadari bahwa kita sedang berada pada
perang yang sangat sengit.
Kita dibuat terbuai
hingga tertidur pulas. Tidur yang sangat panjang. Tapi syukurlah, hari ini semakin
banyak dari kita yang terbangun akibat kegaduhan yang dibuat sendiri oleh
musuh. Semoga kita tidak terlena kembali oleh lagu nina bobo yang terus
didendangkan oleh mereka. Mari kita paksa diri ini benar-benar bangun, sadar
sesadar-sadarnya. Lalu menyambut perang di depan mata kita. Tapi, jangan lupa
baca doa setelah bangun tidur agar bangunnya kita berkah ^_^ sehingga kita
tetap tenang, tidak grasak-grusuk dalam menghadapi mereka. Dengan begitu,
insyaAllah kita peroleh kemenangan indah dalam ridha-Nya.
Maros, Jumat 24 Februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar