Antara Dunia Maya dan Nyata
Sumber gamabar: https://1.bp.blogspot.com |
Tidak semua hal harus
ditumpahkan di medsos. Tentang kesedihan kita, bahagia, aktivitas harian.
Sekali-kali bolehlah, jika dirasa ada hal yang bermanfaat bagi pembaca. Tapi,
jika setiap perasaan yang kita miliki itu diumumkan, setiap aktifitas kecil
kita diberitahukan, setiap bahagia kita ditunjukkan. Lalu kapan kita akan
berbagi keresahan pada Allah. Kapan kita akan meraskan nikmatnya menangis di
atas sajadah shalat. Kapan kita akan berbagi kebahagian pada orang-orang terdekat
kita.
Saat ada masalah pertama
kali kita adukan di jejaring sosial, sampai-sampai kita tak antusias lagi
menceritakannya pada Rabb. Saat kita
merasakan bahagia, pertama kali kita mengumumkannya di medsos, sampai-sampai
kita lupa ada keluarga dan sahabat yang selalu menunggu kabar bahagia itu.
Hati-hati saat kita tak
lagi antusias mengadukan masalah kita pada Allah, bisa jadi kita sudah terlalu
sering berkeluh kesah di medsos. Setiap mendapatkan masalah, buru-buru tangan
kita mengetik kata-kata paling menyedihkan ditambah dengan emoticon sedih atau menangis. Begitupun saat bahagia, kita lebih
dulu mengumumkannya di sosmed.
Banyak hal yang bisa
dilakukan di media sosial, sementara didunia nyata sangat terbatas. Curhat,
sebar undangan, berbagi informasi, bertukar kabar, saling mengucapkan selamat,
bahkan sampai narsis-narsisan. Kita bisa berkomunikasi dengan guru, sementara
di dunia nyata kita segan. Kita bisa berbincang dengan kakak kelas sementara di
dunia nyata bertegur sapa saja jarang.
Begitulah sosmed, sosial
media. Menghubungkan makhluk-makhluk sosial dalam sebuah media komunikasi. Kita
dapat berinteraksi dengan berbagai macam karakter, suku, bangsa agama. Kita
dapat berkomunikasi dengan berbagai macam kalangan, satus sosial dan ekonomi,
profesi, hobi, organisasi, jenis kelamin dan sebagainya.
Kita mungkin punya banyak
teman di facebook, tapi apa kita
yakin mereka benar-benar mengenal kita begitupun sebaliknya. Kita punya banyak follower di twitter dan instagram tapi apakah benar-benar mereka pengikut kita,
memangnya apa yang diikuti dari kita. Dan masih banyak lagi media sosial
lainnya sepertī WhatsApp, line, BBM,
google plus, pinterest, tumbrl, flickr, likedln, my space, sound cloud, path
dan lain sebagainya.
Dunia maya mungkin bisa
memberikan kita sedikit gambaran akan karakter seseorang. Bagaimana ia
benghadapi perdebatan, setiap komentar memuji ataupun merendahkan, status yang
mereka like atau share. Tapi perlu diingat itu hanya sedikit gambaran, tidak
bisa dijadikan patokan untuk membuat kesimpulan apalagi menjastifikasi
seseorang itu buruk atau baik.
Berbeda dengan dunia
nyata, di dunia maya kita saling berkomunikasi tanpa melihat langsung ekspresi
satu sama lain. Bisa jadi dia menggunakan emoticon sedih sementara ekspresinya pada saat itu sedang
tersenyum, atau sedih tapi di dunia maya orang-orang menganggap dia sedang
senang. Karena itu, kondisi seseorang di dunia maya tidak bisa jadi patokan
bagaimana keadaan yang sebenarnya di dunia nyata. Ada yang bersikap apa adanya sebagaimana
di dunia nyata, ada yang berpura-pura
buruk ataupun berpura-pura baik. Baik di dunia maya, mungkin memang baik di
dunia nyata, tapi bisa juga lebih buruk atau justru lebih baik. Begitupun
sebaliknya, buruk di dunia maya bisa jadi memang buruk di dunia nyata, atau
malah lebih buruk atau mungkin justru baik.
Contohnya saya menemukan
status ini beberapa waktu lalu, curhatan dari seseorang tentang ketidaksesuaian
dunia nyata dan maya.
Status palsu
Bodohhhh.....di media seoalah baik..tp di belakang busuk
Munafik
Sayapun pernah mendapati
seseorang berada di rumah tapi dia update
status kalau dia berada di restorant. Atau sedang di daerah A tapi
bilangnya di daerah B. Atau dia bilang bersama dengan selingkuhannya padahal
jelas-jelas dia sedang ngumpul bersama keluarganya. Atau sebaliknya bilang di
masjid padahal dia sedang di rumah. Semua hal mungkin saja dibolak-balik. Toh
orang-orang tidak melihat apa yang orang itu kerjakan sebenarnya di dunia nyata.
Tapi satu hal yang perlu
di ingat bahwa tidak ada gunanya berpura-pura baik ataupun buruk. Karena yang
dinilai adalah kesesuaian hati dan perbuatan. Mungkin kita bisa memutar
balikkan keadaan yang sebenarnya di mata manusia, tapi di mata Allah tak ada
yang bisa disembunyikan. Selalu ada malaikat pencatat amal baik dan buruk yang
dengan jujur mencatatnya. Jujur bukan berarti mengumumkan semua
perbuatan baik ataupun buruk pada semua orang. Tapi jujur adalah tidak
memutarbalikkan antara fakta dan ilusi. Meskipun begitu, tidak semua fakta
harus diumumkan. Ada hal-hal yang sudah cukup Allah dan kita saja yang tahu.
Maros, Selasa 28 Februari 2017
Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas di dunia nyata
0 komentar:
Posting Komentar