Rabu, 01 Maret 2017

Antara Dunia Maya dan Nyata

Sumber gamabar: https://1.bp.blogspot.com
Tidak semua hal harus ditumpahkan di medsos. Tentang kesedihan kita, bahagia, aktivitas harian. Sekali-kali bolehlah, jika dirasa ada hal yang bermanfaat bagi pembaca. Tapi, jika setiap perasaan yang kita miliki itu diumumkan, setiap aktifitas kecil kita diberitahukan, setiap bahagia kita ditunjukkan. Lalu kapan kita akan berbagi keresahan pada Allah. Kapan kita akan meraskan nikmatnya menangis di atas sajadah shalat. Kapan kita akan berbagi kebahagian pada orang-orang terdekat kita.
Saat ada masalah pertama kali kita adukan di jejaring sosial, sampai-sampai kita tak antusias lagi menceritakannya pada Rabb. Saat kita merasakan bahagia, pertama kali kita mengumumkannya di medsos, sampai-sampai kita lupa ada keluarga dan sahabat yang selalu menunggu kabar bahagia itu.
Hati-hati saat kita tak lagi antusias mengadukan masalah kita pada Allah, bisa jadi kita sudah terlalu sering berkeluh kesah di medsos. Setiap mendapatkan masalah, buru-buru tangan kita mengetik kata-kata paling menyedihkan ditambah dengan emoticon sedih atau menangis. Begitupun saat bahagia, kita lebih dulu mengumumkannya di sosmed.  
Banyak hal yang bisa dilakukan di media sosial, sementara didunia nyata sangat terbatas. Curhat, sebar undangan, berbagi informasi, bertukar kabar, saling mengucapkan selamat, bahkan sampai narsis-narsisan. Kita bisa berkomunikasi dengan guru, sementara di dunia nyata kita segan. Kita bisa berbincang dengan kakak kelas sementara di dunia nyata bertegur sapa saja jarang.
Begitulah sosmed, sosial media. Menghubungkan makhluk-makhluk sosial dalam sebuah media komunikasi. Kita dapat berinteraksi dengan berbagai macam karakter, suku, bangsa agama. Kita dapat berkomunikasi dengan berbagai macam kalangan, satus sosial dan ekonomi, profesi, hobi, organisasi, jenis kelamin dan sebagainya.
Kita mungkin punya banyak teman di facebook, tapi apa kita yakin mereka benar-benar mengenal kita begitupun sebaliknya. Kita punya banyak follower di twitter dan instagram tapi apakah benar-benar mereka pengikut kita, memangnya apa yang diikuti dari kita. Dan masih banyak lagi media sosial lainnya sepertī WhatsApp, line, BBM, google plus, pinterest, tumbrl, flickr, likedln, my space, sound cloud, path dan lain sebagainya.
Dunia maya mungkin bisa memberikan kita sedikit gambaran akan karakter seseorang. Bagaimana ia benghadapi perdebatan, setiap komentar memuji ataupun merendahkan, status yang mereka like atau share. Tapi perlu diingat itu hanya sedikit gambaran, tidak bisa dijadikan patokan untuk membuat kesimpulan apalagi menjastifikasi seseorang itu buruk atau baik.
Berbeda dengan dunia nyata, di dunia maya kita saling berkomunikasi tanpa melihat langsung ekspresi satu sama lain. Bisa jadi dia menggunakan emoticon sedih sementara ekspresinya pada saat itu sedang tersenyum, atau sedih tapi di dunia maya orang-orang menganggap dia sedang senang. Karena itu, kondisi seseorang di dunia maya tidak bisa jadi patokan bagaimana keadaan yang sebenarnya di dunia nyata. Ada yang bersikap apa adanya sebagaimana di dunia  nyata, ada yang berpura-pura buruk ataupun berpura-pura baik. Baik di dunia maya, mungkin memang baik di dunia nyata, tapi bisa juga lebih buruk atau justru lebih baik. Begitupun sebaliknya, buruk di dunia maya bisa jadi memang buruk di dunia nyata, atau malah lebih buruk atau mungkin justru baik.
Contohnya saya menemukan status ini beberapa waktu lalu, curhatan dari seseorang tentang ketidaksesuaian dunia nyata dan maya.
Status palsu
Bodohhhh.....di media seoalah baik..tp di belakang busuk
Munafik
Sayapun pernah mendapati seseorang berada di rumah tapi dia update status kalau dia berada di restorant. Atau sedang di daerah A tapi bilangnya di daerah B. Atau dia bilang bersama dengan selingkuhannya padahal jelas-jelas dia sedang ngumpul bersama keluarganya. Atau sebaliknya bilang di masjid padahal dia sedang di rumah. Semua hal mungkin saja dibolak-balik. Toh orang-orang tidak melihat apa yang orang itu kerjakan sebenarnya di dunia nyata.
Tapi satu hal yang perlu di ingat bahwa tidak ada gunanya berpura-pura baik ataupun buruk. Karena yang dinilai adalah kesesuaian hati dan perbuatan. Mungkin kita bisa memutar balikkan keadaan yang sebenarnya di mata manusia, tapi di mata Allah tak ada yang bisa disembunyikan. Selalu ada malaikat pencatat amal baik dan buruk yang dengan jujur mencatatnya. Jujur bukan berarti mengumumkan semua perbuatan baik ataupun buruk pada semua orang. Tapi jujur adalah tidak memutarbalikkan antara fakta dan ilusi. Meskipun begitu, tidak semua fakta harus diumumkan. Ada hal-hal yang sudah cukup Allah dan kita saja yang tahu.
Maros, Selasa 28 Februari 2017
Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas di dunia nyata





0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Rumah Baca