Semangat Literasi
Literasi dan guru memiliki hubungan
yang sangat kuat. Literasi menjadi nutrisi penting bagi guru yang notabenenya
sebagai pencetak generasi penerus bangsa. Guru adalah ujung tombak peradaban.
Jika guru bermasalah di literasi, bagaimana bisa kita berharap lebih bahwa
generasi pelanjut astafet bangsa akan aktif dalam dunia literasi.
Saat ini pemerintah lagi menggalakan
literasi bagi dunia pendidikan. Bahkan untuk kurikulum 2013 literasi menjadi poin
yang sangat diperhatikan. Pada setiap bimbingan teknis kurikulum 2013 yang
diadakan selalu menekankan pentingnya literasi di dunia pendidikan.
Bukti lain keseriusan gerakan
literasi ini adalah kegiatan beberapa pekan yang lalu di Sekolah Putri Darul
Istiqamah, kabupaten Maros. Balai bahasa mengadakan kegiatan pekan sastra. Dari
sambutan yang dipaparkan oleh ketua panitianya, saya menangkap bahwa kegiatan
ini diadakan sebagia efek dari semangat literasi yang lagi digalakkan. Satu hal
bahwa ini cukup serius ditumbuhkan karena anggaran yang dikeluarkan sangat
besar. Balai bahasa tidak tanggung-tanggung dalam memberikan hadiah bagi peserta yang
menang. Total 180 juta biaya pendidikan yang disediakan. Itu bukan angka yang
sedikit. Selama ini saya mengikuti lomba sejak SD hingga hari ini saya
mendampingi siswa mengikuti setiap even perlombaan, belum pernah saya
menenmukan lomba dengan hadiah besar-besaran seperti ini. Dan yang lebih menggiurkan
karena bukan hanya sampai juara tiga yang diberikan hadiah, tapi sampai harapan
7 atau juara 10. Untuk juara 10 saja hadiah yang didapatkan berupa uang tunai 1
juta rupiah. Betul-betul saya belum pernah menemukan lomba seperti ini. Padahal
ini baru tingkat kabupaten. Bagaimana jika tingkat provinsi, belum lagi jika
nasioanl.
Berarti memang literasi dianggap
sangat penting dan serius ingin ditumbuhkan yang saat ini memang mulai meredup. Dengan perkembangan teknologi,
generasi micin mulai malas membaca.
Jangankan menghasilkan karya yang baik dalam tulisan, membaca saja ogah-ogahan.
Sementara untuk menulis kita kita butuh nutrisi ilmu yang didapatkan dari
membaca. Generasi micin hanya sibuk dengan game-games terbaru. Jika ada games yang baru muncul, maka jangan
sebut mereka ‘gaul’ jika belum mahir menggunakn games tersebut. Diminta membaca jadi malas. Bagaiman bisa suka
membaca kalau saraf-saraf otaknya lebih sering digunakan untuk bermain games.
Besar harapan kita dengan
gerakan literasi ini, generasi micin malas membaca bisa berkurang dan beralih
menjadi generasi kutu buku yang tetap mengikuti perkembangan teknologi.
Sekaligus aktif
berkarya dengan tulisan-tulisan bermanfaat minus plagiat.
0 komentar:
Posting Komentar